BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
yang ada di negara Thailand kurang begitu berhasil, walaupun berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat memajukan bidang pendidikannya. Ketidakberhasilan ini
dapat dilihat dari fakta hanya 36% anak
umur 7 tahun ke atas yang dapat mengikuti program pendidikan umum. Sistem pendidikan di Thailand terpengaruh oleh budaya barat, sebelum
masuknya pengaruh barat proses pendidikan luar sekolah di Thailand banyak
berlangsung di kuil-kuil Budha, dimana para pendeta mengajarkan menulis,
membaca, berhitung dan berpikir secara Budhis kepada murid-muridnya, serta
diajarkan berbagai keterampilan, latihan magang kerja dan seni bela diri.
Selain itu, dalam keluarga anak juga mendapatkan pendidikan berupa pemberian
pengalaman hidup sesuai adat dan kebudayaan serta pendidikan untuk menjadi
istri atau ibu yang baik bagi anak perempuan.
Pada tahun
1870, di Thailand mulai memberlakukan sekolah pendidikan formal
di setiap provinsi. Perubahan pada tahun 1960 dimana pemerintah melaksakan
program kewajiban belajar bagi anak-anak usia 4-7 tahun dan banyak sekali
mendirikan banyak sekolah-sekolah dasar (Praton) dan sekolah-sekolah menengah
pertama (Mawsaw) di setiap provinsi, serta menyelenggarakan pula
program-program pendidikan luar sekolah yang sasaran dan materinya disesuaikan
dengan kepentingan warga masyarakat untuk dapat mengembangkan kemampuan
potensial warga masyarakatnya. Namun, program tersebut mengalami kegagalan
karena ternyata banyak anak yang berhenti dari sekolah dasar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pendidikan
di Thailand ?
2.
Bagaimana sistem
Pendidikan di Thailand?
3.
Bagaimana
kurikulum di thailand?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pendidikan di Thailand
2. Mengatahui Sistem Pendidikan di Thailand
3. Mengetahui kurikulum yang ada di thailand
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Di Thailand
Dari hasil
sensus tahun 1972, diketahui bahwa usaha pemerintah dalam bidang pendidikan
tidak begitu berhasil. Ini dibuktikan, dengan fakta 36% anak umur 7 tahun ke
atas yang dapat mengikuti program pendidikan umum. Masalah yang dihadapi negeri
ini sangatlah kompleks, diantaranya menyangkut persoalan pendidikan, kesehatan,
pangan, pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan pendapatan. Usaha yang
telah dilakukan negeri Thailand untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut
antara lain :
1. Program untuk Bidang Pelayanan Kesehatan
Program
pedidikan luar sekolah yang telah dan sedang dilakukan sebagai usaha penting
untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam hal pencegahan
terhadap penyakit menular, pemeliharaan kesehatan lingkungan kursus-kursus
mengenai cara memilih, mengolah dan menyusun menu makanan yang bergizi serta
mengandung banyak zat-zat nutrisi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tubuh
supaya sehat dan kuat.
2. Program Pengadaan Pangan
Disamping
dilaksanakan pendidikan luar sekolah dalam bentuk teknologi pertanian,
Departemen Pertanian menunjang kegiatan ini dengan menyelenggarakan program
pendidikan luar sekolah dalam bentuk latihan bercocok tanam murbei dan kapas,
memelihara ulat sutera, memintal benang dan sebagainya dalam rangka menumbuhkan
semangat berwira swasta.
3. Program pelestarian Lingkungan Hidup
Pemerintah
mengadakan ceramah-ceramah, penyuluhan dan diskusi dalam program pelestarian
lingkungan hidup.
4. Program peningkatan pendapatan
Pemerintah
menyelenggarakan program pendidikan luar sekolah berupa latihan dan
kursus-kursus keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan bakat dan minat masing-masing penduduk.
B.
Sistem
Pendidikan Di Thailand
Sebelum masuknya
pengaruh barat, proses pendidikan luar sekolah di Thailand banyak berlangsung
di kuil-kuil Budha, dimana para pendeta mengajarkan menulis, membaca, berhitung
dan berpikir secara Budhis kepada murid-muridnya, serta diajarkan berbagai
keterampilan, latihan magang kerja dan seni bela diri. Selain itu, dalam
keluarga anak juga mendapatkan pendidikan berupa pemberian pengalaman hidup
sesuai adat dan kebudayaan serta pendidikan untuk menjadi istri/ibu yang baik
bagi anak perempuan.
Pada tahun
1870, Raja Chulalongkom mulai memberlakukan sekolah pendidikan formal di setiap
provinsi. Perubahan yang sangat besar terjadi pada tahun 1960 dimana pemerintah
melaksakan program kewajiban belajar bagi anak-anak usia 4-7 tahun dan banyak
sekali mendirikan banyak sekolah-sekolah dasar (Praton) dan sekolah-sekolah
menengah pertama (Mawsaw) di setiap provinsi, serta menyelenggarakan
pula program-program pendidikan luar sekolah yang sasaran dan materinya
disesuaikan dengan kepentingan warga masyarakat untuk dapat mengembangkan
kemampuan potensial warga masyarakatnya. Namun, program tersebut mengalami
kegagalan karena ternyata banyak anak yang berhenti dari sekolah dasar.
Untuk pemantapan program kerja dan pembinaan Sekolah
Indonesia Luar Negeri di Bangkok (SILN), telah di paparkan tentang sistem
pendidikan di Thailand.
Dalam paparan tentang sistem pendidkan di
Thailand ternyata ada kesamaan dengan sitem pendidikan di Indonesia dan
ada juga perbedaanya. Berikut ini penjelasannya.
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3,
yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk
sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi.
sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat
kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun,
dengan rincian grade sebagai berikut :
•
Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
•
Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
•
Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
•
Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu kompon sekolahan, mereka
tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu. Tingkatan ke
empat, adalah siswa yang duduk dibangku sekolah menengah atas yang disebut
Matthayom 4-6 umumnya mereka berumur 15-17 tahun. Pada tingkatan yang keempat
ini siswa diberi kebebasan untuk memilih jalur kejuruan atau akademis, sehingga
setelah memiliki mereka dibedakan menjadi dua kelompok sesuai dengan pilihanya
tersebut.
Sebagaimana
disebut di atas bahwa para siswa di sekolah-sekolah menengah atas, diberikan
kebebasan memilih jalur akademik atau kejuruan.
Atas dasar
pilihan tersebut maka terdapat tiga jenis sekolah menengah atas akademik,
sekolah menengah atas kejuruan, dan juga sekolah menengah atas komprehensif
yang menawarkan atau menyelenggarakan kedua jalur tersebut yaitu jalur akademik
dan jalur kejuruan. Para siswa yang memilih jalur akademis biasanya berniat
untuk masuk ke universitas, sedangkang sisawa yang masuk sekolah kejuruan
biasanya masuk di dunia kerja.
Untuk dapat
menjadi siswa pada siswa sekolah menengah atas, maka calon siswa mengikuti
ujian masuk. Untuk dapat naik tingkat, siswa harus mengikuti dan lolos tes
nasional yang disebut NET ( National Education Test). Anak-anak Thailand
membutuhkan waktu 6 tahun bersekolah dasar tambahan tiga tahun akhir sekolah
menengah. Mereka yang lulus 6 tahun sekolah menengah adalah mereka yang lulus dari O-NET (Ordinary National
Education Test)
Sekolah yang
berstatus negeri di atur oleh pemerintah, sedangkan sekolah swasta di kelolah
oleh masyarakat. Diantara sekolah-sekoalah swasta tersebut ada yang mengejar
keuntungan namun sebagian besar tidak mencari keuntungan karena mereka adalah
organisasi-organisasi yang sudah mendapatkan bantuan dari lembaga-lembaga donor
terutama sekolah-sekolah yang berlebel katolik. Sekolah-sekolah swasta katolik
yang no profit tersebut memiliki hubungan hierarki dengan uskup dan gereja. Sekolah-sekoalah swasta katolik di
Thailand berjumlah kira-kira lebih dari 300sekolah dasar dan menengah yang
tersebar di wilayah Thailand. Sekolah-sekolah desa atau kampung dan kecamatan
biasanya menyediakan taman kanak-kanak pra-sekoalah yang disebut Anuban.
Sedangkan sekolah-sekolah kota Umumya melayani anak-anak mulai dari taman
kanak-kanak sampai sekolah menengah atas yakni sampai anak berusia 17 tahun.
Mengenai anggaran pendidikan, pemerintah Thailand
memberikan lebih sedikit untuk sekolah-sekolah dipedesaan di bandingkan di
sekolah-sekolah perkotaan disebabkan atas keterbatasan anggaran pendidikan.
Perlakuan perbedaan itu mengindikasikan adanya ketimpangan yang dilakukan oleh
pemerintahan dalam hal alokasi dan distribusi anggaran pendidikan untuk
sekolah. Sebagai gambaran dapat dicermati data dari UNDP tahun 2001 yang
menyebutkan bahwa alokasi belanja pendidikan terhadap GNP di Thailand sebesar
4,8% sedangkan proporsi alokasi anggaran pendidikan terhadap APBN Thailand sebesar
20,1%.
Tahun ajaran
untuk sekolah- sekolah di Thailand dibagi menjadi dua semester. Untuk sekolah
dasar dan sekolah menengah, secara umum dimulai dari tanggal 15 mei dan
berakhir pada bulan maret tahun berikutnya. Sedangkan untuk pendidikan tinggi
dimulai dari bulan juni dan berakhir bulan maret tahun berikutnya. Setiap tahun
pelajaran terdapat dua atau tiga minggu waktu libur yaitu pada minggu ke-dua
bulan september. Liburan panjang musim panas diberikan pada saat musim paling
panas dalam satu tahun dan songkran (perayaan tradisional untuk memperingati
tahun baru Thai)
Sebagaimana
di sebutkan diatas bahwa sekolah dasar dan sekolah menengah ditangani oleh
menteri pendidikan. Hal ini berbeda dengan pendidikan tinggi yang ditangani
oleh menteri urusan Universitas, memteri ini menangani dalam hal administrasi
dan pengawasan universitas baik untuk universitas negeri maupun swasta.
Universitas
negeri dan swasta maupun jenis perguruan tinggi lainya diatur dan ditangani
dibawah yurisdiksi menteri urusan Universitas. Perguruan tinggi di Thailand
Umumnya menawarkan aneka program study dalam lapangan kedokteran, kesenian,
humaniora, dan teknologi informasi dan lain-lain. Namun banyak mahasiswa yag
lebih memilih study-study bidang hukum dan bisnis.
C.
Kurikulum Di Thailand
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh
Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai
Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3,
6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
1. Bahasa Thai
2. Matematika
3. Science
4. Ilmu sosial
5. Agama dan Kebudayaan
6. Bahasa asing
7. Health dan Physical Education
8. Art, Career dan Technology
1. Bahasa Thai
2. Matematika
3. Science
4. Ilmu sosial
5. Agama dan Kebudayaan
6. Bahasa asing
7. Health dan Physical Education
8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti
ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic
affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak.
1. Program Pendidikan Nonformal
Untuk Memberantas Buta Aksara
Buta
aksara merupakan salah satu masalah yang harus dipecahkan oleh pemerintah
Thailand. Hal ini tidak dapat diatasi dengan pendidikan formal di desa, karena
sekolah dasar yang di desa ternyata hanya mengajarkan pengetahuan dan alat-alat
pelajaran yang kurang fungsional bagi keperluan kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pemerintah menyusun strategi pendidikan yang baru serta
melaksanakan program pendidikan non formal untuk melengkapi pendidikan formal.
2. Tahapan Kegiatan Program Pendidikan Nonformal
Tahap I -
Dilaksanakan program pemberantasan buta aksara sebagai program dasar yang
menggunakan sistem pendidikan formal sebagai dasarnya. Jadi, warga belajar juga
memeroleh apa saja yang dipelajari murid-murid sekolah dasar tanpa
memerhitungkan warga belajar.dalam program ini, pelajaran diberikan selama 2
semester. Akhir semester pertama dihargai sama dengan kelas II sekolah dasar
dan akhir semester kedua dihargai sama dengan kelas IV sekolah dasar. Pada
setiap akhir semester diadakan ujiandan bagi yang lulus diberikan ijazah
persamaan, namun ijazah tesebut tidak dapat digunakan seperti ijazah sekolah
formal.sehingga, program ini kurang menarik bagi warga belajar. Menurut catatan
setelah program ini berjalan selama 3 tahun, jumlah orang yang dapat dibebaskan
dari buta aksara adalah 1.409.686 orang.
Tahap II – Diadakan
program buta aksara yang kedua. Dasarnya masih sama dengan program yang
pertama, namun dilakukan beberapa perbaikan baik pada strategi pendidikannya,
kurikulumnya, bobot pengetahuannya maupun pada pengakuan ijazahnya, sehingga
membuat warga belajar semakin bersemangat.
Tahap III – Pada
tahun 1965 UNESCO menyelenggarakan percobaan pendidikan luar sekolah untuk
memberantas buta aksara di Thailand. Disamping memberikan pelajaran membaca dan
menulis, juga memberikan pendidikan keterampilan yang langsung dapat digunakan
oleh warga belajar untuk memperbaiki taraf kehidupannya.
Tahap IV – Strategi
pengajaran program ini dititik beratkan pada kemampuan untuk membaca
bahan-bahan pelajaran yang sudah ditentukan. UNESCO mencetak buku-buku paket
sebagai buku bacaan berseri yang di dalamnya diajarkan bagaimana cara
memelihara kesehatan, mengatur nutrisi, bercocok tanam dan sebagainya. Setiap
kali warga belajar menunjukkan kemampuan membaca 1 buku seri, mereka diberi
surat keterangan tentang kemajuan belajar yang telah diperolehnya. Namun karena
pelaksanaannya pada malam hari dan sulitnya transportasi, maka program ini
menghadapi banyak kesulitan. Selain itu, para guru yang mengajar juga kurang
mendapatkan latihan khusus, sehingga mereka kurang menyadari tugasnya dan mengabaikanaspek-aspek
fungsional yang diperlukan warga belajar.
Tahap V – Pada tahun
1970, program pendidikan luar sekolah diperbaiki dan digabung secara integral
dengan pendidikan keluarga. Banyak guru di Thailand yang dikirim ke India oleh
World Education (semacam lembaga pendidikan internasional yang berkedudukan di
Amerika) bersama dengan USOM (United Stated Operations Missions to Thailand)
untuk mempelajari program-program penanganan masalah buta aksara yang sudah
berhasil di sana. Program ini bertujuan untuk bagaimana menolong orang yang
tidak berpendidikan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi, bagaimana
mengutarakan pendapat, membuat konsep pemecahan rasional, mempunyai keberanian
dan mampu melaksanakan tindakan yang kosepsional tersebut. Untuk itu, digunakan
teknik diskusi. Warga belajar dihimpun dalam kelompok kecil, kemudian mereka
dihadapkan pada fakta kehidupan nyata serta diberi penjelasan. Mereka diberikan
waktu untuk membicarakan persoalan keluarga dan lingkungannya secara bebas
dalam kelompok masing-masing. Dalam kelompok, warga belajar diberi kebebasan
untuk saling mengemukakan pengalaman, membandingkan dengan pengalaman warga
belajar lain, mendengarkan pembicaraan serta membuat pertimbangan sebelum
mengambil sesuatu keputusan yang rasional.
Disamping
melalui metode diskusi, warga belajar juga diajarkan mengenali dan membuat
simbol dan arti simbol itu serta suara dari tiap-tiap simbol, mengenali dan
membuat huruf serta bunyi dari huruf, sampai pada latihan membaca dan menulis
kalimat lengkap tentang materi yang telah dibicarakan dalam diskusi kelompok.
Program
pendidikan luar sekolah ini kemudian dikembangkan dalam bentuk penyusunan
silabi dan kurikulum yang didasarkan pada kemampuan mengenal masalah kehidupan
sehari-hari. Materi silabi dan kurikulum tersebut dalam garis besarnya memuat 4
aspek tentang :
a.
Aspek kebutuhan
hidup
b.
Aspek ekonomi dan
konsumsi
c.
Aspek kesehatan
dan kesejahteraan keluarga
d.
Aspek
kewarganegaraan
Materi
tersebut diwujudkan dalam bentuk gambar berurutan yang mudah dikenal dan
dipahami, kemudian dicetak dalam kartu tugas. Di bawah setiap gambar diberikan
kata-kata kunci. Kartu ini dipakai sebagai bahan pokok untuk motivasi proses
belajar mengajar dalam kelompok kecil. Setiap warga belajar diberikan map untuk
tempat penyimpanan kartu-kartu tugas yang telah selesai dikerjakan. Kemajuan
warga belajar dapat diukur dari banyaknya simpanan kartu tugas yang ada di
mapnya masing-masing.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem pendidikan di Thailand terpengaruh oleh budaya barat, sebelum
masuknya pengaruh barat proses pendidikan luar sekolah di Thailand banyak
berlangsung di kuil-kuil Budha, dimana para pendeta mengajarkan menulis,
membaca, berhitung dan berpikir secara Budhis kepada murid-muridnya, serta
diajarkan berbagai keterampilan, latihan magang kerja dan seni bela diri.
Selain itu, dalam keluarga anak juga mendapatkan pendidikan berupa pemberian
pengalaman hidup sesuai adat dan kebudayaan serta pendidikan untuk menjadi
istri atau ibu yang baik bagi
anak perempuan.
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3,
yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk
sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi.
sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat
kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9
tahun, dengan rincian grade sebagai berikut :
• Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
• Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
• Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
• Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu kompon sekolahan, mereka
tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh
Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai
Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3,
6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
1. Bahasa Thai
2. Matematika
3. Science
4. Ilmu sosial
5. Agama dan Kebudayaan
6. Bahasa asing
7. Health dan Physical Education
8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11,
mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of
Academic affair , Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak.
DAFTAR PUSTAKA
Wartasejarah.blogspot.com
trmksh y bk
ตอบลบsemoga bermanfaat ya
ลบya,,,,mbk
ลบgood luck always sis
ตอบลบthank you for you my beb
ตอบลบMantap ya... Terima kasih ilmunya
ตอบลบGood Job Husna !
ตอบลบI love You for help me
ตอบลบKak, gangerti deh tentang bedanya Pendidikan nonformal dan informal di sana.
ตอบลบTerimakasih atas ilmunya semuga bermanfaat
ตอบลบ